Sejarah Kain Tapis Lampung: Kilau Tradisi yang Menembus zaman

BUDAYASEJARAHKERAJINAN

Novita Ria

10/20/20254 min read

Pengrajin tapis sedang menyulam tapis

Sumber Gambar: alyntapis.com

Di antara banyak warisan budaya Nusantara, kain tapis Lampung memiliki pesona yang tak tergantikan. Kain ini bukan sekadar busana, melainkan jejak sejarah, simbol status, dan ungkapan doa yang disulam dengan ketelatenan luar biasa. Setiap helai benang emasnya menyimpan kisah tentang perempuan Lampung yang menenun, menyulam, dan menuturkan makna hidup melalui motif dan warna.

Dahulu, tapis hanya dikenakan dalam upacara adat dan perayaan sakral, menjadi lambang kehormatan serta kemuliaan bagi pemakainya. Namun seiring berjalannya waktu, tapis bertransformasi—dari pakaian tradisi menjadi identitas budaya yang melampaui generasi. Kini, ia tak hanya hadir di acara adat, tapi juga di panggung mode, pameran seni, hingga media digital.

Menelusuri sejarah kain tapis Lampung berarti menyelami kisah panjang tentang ketekunan, kreativitas, dan cinta terhadap warisan nenek moyang. Dari masa ke masa, tapis terus memantulkan kilau yang sama: kilau keindahan yang lahir dari tangan-tangan sabar dan hati yang tulus.

1️⃣ Kilau yang Menyimpan Cerita

Tiap kali melihat kain tapis, rasanya seperti menatap sejarah yang hidup. Sebagai pelaku usaha tapis, saya sering mendengar kisah dan membaca sejarah: bagaimana tiap sulaman tapis dibuat dengan doa dan kesabaran.
Kain ini tidak hanya indah — ia membawa nilai yang lebih dalam: identitas dan kehormatan orang Lampung.

Koleksi tapis: Alyn Tapis

2️⃣ Akar Sejarah: Dari Tenun ke Sulaman Emas

Tradisi menenun di Lampung sudah ada sejak masa pra-Sriwijaya. Tenun awal disebut pelepai, dibuat dari kapas, lalu dihias dengan motif alam.
Ketika jalur perdagangan membawa kain sulaman benang logam dari India dan Arab, masyarakat mulai bereksperimen menyulam benang emas di atas tenun. Dari sinilah lahir kain tapis — warisan yang kini dikenal sebagai kebanggaan Lampung.

“Kain tapis bukan hanya karya seni, tapi ekspresi spiritual,” tulis Indonesia Kaya (2018).

3️⃣ Makna dan Motif yang Berbicara

Tiap motif dalam tapis punya arti. Motif Pucuk Rebung melambangkan pertumbuhan, Kapal Layar menggambarkan perjalanan hidup, dan Pohon Hayat menyimbolkan keseimbangan alam.
Bagi masyarakat adat, memilih motif bukan sembarangan — ia menandai status, usia, bahkan peristiwa hidup seseorang.

4️⃣ Pengaruh Agama dan Budaya

Masuknya agama Islam ke Lampung pada abad ke-15 membawa nuansa baru dalam seni tapis.
Motif manusia atau hewan perlahan diganti dengan bentuk geometris, flora, dan simbol-simbol yang lebih abstrak — selaras dengan nilai-nilai Islam yang menghindari penggambaran makhluk hidup.
Namun, nilai spiritual tapis tetap lestari: ia dipakai dalam upacara keagamaan, pernikahan, dan ritual adat seperti cangget, nyambai, dan begawi.

5️⃣ Dari Emas Asli ke Benang Metallic

Pada masa lampau, benang emas tapis Lampung benar-benar dibuat dari lapisan emas murni. Karena bahan tersebut makin langka dan harganya melambung tinggi, para pengrajin pun beradaptasi agar tradisi tidak punah. Mereka mulai menggunakan benang emas imitasi, yang lebih dikenal sebagai benang metalik, sebagian besar berasal dari India. Di kalangan pengrajin tapis, benang ini disebut L6 (biasanya dalam 1 bungkus benang terdiri dari 6 skein). Benang L6 ini memiliki kilau dan warna yang mendekati emas asli.

Sekitar tahun 2015 hingga 2017, muncul generasi baru benang emas dari Tiongkok — dikenal dengan nama benang kristal. Harganya jauh lebih terjangkau, namun tetap memberikan efek berkilau yang disukai pembeli. Belakangan, sejumlah pengrajin dan pelaku usaha lokal mulai menciptakan benang produksi sendiri, hasil eksperimen dengan bahan sintetis dan campuran lokal. Penulis sendiri turut mencoba berbagai jenis benang lokal untuk menemukan karakter terbaik bagi tapis modern, yang kuat namun tetap indah.

Meski bahan dan tekniknya berubah seiring zaman, nilai dan makna tapis Lampung tidak pernah pudar. Bagi para pengrajin, benang apa pun yang digunakan tetap menjadi simbol ketekunan dan cinta — selama setiap helainya dikerjakan dengan hati.

(Baca juga: Benang Emas Tapis Lampung: Evolusi, Jenis, dan Inovasi Bahan dari Masa ke Masa

6️⃣ Proses Pembuatan: Kesabaran yang Disulam

Proses pembuatan kain tapis Lampung bukan sekadar keterampilan tangan, melainkan perjalanan batin yang sarat kesabaran dan makna. Dahulu, setiap pengrajin menenun sendiri kain dasarnya dengan alat tradisional, sebelum mulai menyulamnya dengan benang emas. Namun seiring waktu, banyak pengrajin beralih menggunakan tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) atau kain pabrikan yang telah tersedia di pasar. Pilihan ini bukan bentuk kemunduran, melainkan adaptasi bijak agar proses tetap efisien tanpa mengurangi nilai budaya.

Setelah kain dasar siap, dimulailah tahap paling sakral: menyulam dengan teknik sulam cucuk. Teknik ini dilakukan dengan menusukkan jarum satu per satu mengikuti pola yang digambar sebelumnya. Setiap tusukan benang emas—baik asli maupun imitasi—mewakili doa, harapan, dan kebanggaan yang disulam dari hati. Di sinilah keindahan tapis benar-benar lahir: dari kesabaran tanpa batas dan ketelitian yang diwariskan turun-temurun.

Satu lembar tapis tradisional Lampung dapat memakan waktu pengerjaan berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, tergantung tingkat kerumitan motifnya. Di balik setiap helai benang berkilau, tersimpan kisah ketekunan, cinta, dan dedikasi para pengrajin yang menjaga nyala warisan budaya leluhur. Hasil akhirnya bukan sekadar busana, melainkan mahakarya tekstil yang memancarkan jati diri dan kebanggaan masyarakat Lampung.

7️⃣ Tapis di Era Modern

Kini kain tapis Lampung tidak lagi hanya hadir di upacara adat atau tersimpan di lemari pusaka keluarga. Ia telah melangkah jauh, menembus panggung mode nasional hingga internasional — tampil dalam bentuk busana kontemporer, aksesori, hingga dekorasi rumah yang elegan.

Banyak desainer muda Lampung kini berani bereksperimen, memadukan motif tradisional tapis dengan bahan modern seperti satin, denim, atau sutra sintetis. Namun di balik berbagai inovasi itu, satu hal tetap dijaga: ruh dan filosofi tapis yang penuh makna.

Perpaduan antara warisan dan kreativitas ini membuktikan bahwa tapis bukan warisan yang membeku di masa lalu, melainkan karya budaya yang terus bertransformasi mengikuti zaman. Dari tenun tradisional hingga pameran digital, tapis kini menemukan kehidupan baru — hadir di ruang modern tanpa kehilangan akar tradisinya.

8️⃣ Menyulam Masa Depan

Melestarikan tapis Lampung sejatinya bukan sekadar menjaga selembar kain, tetapi merawat identitas, kebanggaan, dan jiwa masyarakat Lampung. Setiap karya yang diciptakan, setiap pembelian produk lokal, setiap ulasan, bahkan artikel seperti ini — semuanya adalah bagian dari upaya kolektif untuk memastikan generasi mendatang tetap mengenal akar budayanya sendiri.

Bagi saya pribadi, menulis tentang tapis adalah bentuk penghormatan tulus kepada para pengrajin yang bekerja dalam diam, menyulam dengan kesabaran dan ketulusan tanpa batas. Di tangan mereka, benang-benang masa lalu berubah menjadi masa depan yang berkilau.

Tapis bukan sekadar karya tekstil — ia adalah doa yang dijahit dengan cinta, simbol keindahan Lampung yang tak lekang oleh waktu. Dari tangan ke tangan, dari generasi ke generasi, tapis akan terus bercerita: tentang ketekunan, keindahan, dan kebanggaan menjadi orang Lampung.

✍️ Tentang Penulis

Penulis adalah pelaku usaha tapis Lampung yang telah lama berkecimpung di dunia kerajinan tradisional. Melalui brand Alyn Tapis, penulis berupaya menjaga warisan budaya Lampung agar tetap hidup di tengah perubahan zaman.
Setiap tulisan dan karya yang dihasilkan lahir dari kecintaan  pada kerajinan daerah — bukan sekadar sebagai produk, tetapi sebagai bagian dari identitas dan perjalanan hidup masyarakat Lampung.

Related Stories