“Makna Sebage dalam Tradisi dan Budaya Lampung”
CULTUREEDUCATION


Gambar Batik Sembagi. Sumber : https://budaya-indonesia.org
Istilah Sebage sering digunakan dalam busana adat Lampung, namun maknanya kerap menimbulkan perdebatan. Ada yang memahaminya sebagai kain adat warisan lama, ada pula yang menyebutnya motif batik khas Lampung. Di sisi lain, dalam praktik adat sehari-hari, sebage juga diartikan sebagai selendang atau lilitan kain yang melengkapi busana perempuan Lampung.
Tulisan ini mencoba menjelaskan berbagai makna tersebut, berdasarkan literatur akademik, dokumen resmi, serta ingatan kolektif masyarakat Lampung.
Sebage dalam Adat Lampung
Dalam literatur tekstil, sebage dikategorikan sebagai kain adat Lampung yang dipakai pada upacara penting. Kain ini memiliki dua ukuran:
Sebage Balak (besar), biasanya dipakai dalam upacara besar oleh kalangan tertentu.
Sebage Lunik (kecil), lebih sederhana dan umum digunakan.
Sebage adat dihias dengan pola geometris, yang menurut penelitian memiliki jejak pengaruh tekstil patola dari India. Teknik pembuatannya bisa menggunakan batik lokal. Fungsi utamanya adalah pelengkap busana adat perempuan, misalnya untuk melilit bagian kepala dalam kanduk tutup.
Sumber lisan dari tetua adat Lampung juga menegaskan: “Sebage itu bukan semata kain bermotif tertentu, tapi kain yang dipakai dengan fungsi khusus. Kalau untuk lilitan kepala atau selendang, itulah sebage.”
Sebage sebagai Motif Batik Lampung
Seiring perkembangan, istilah sebage juga hidup dalam dunia batik Lampung. Sekitar tahun 1999, pemerintah daerah bersama Dekranasda dan perajin memperkenalkan kembali Sebage/Sembagi sebagai motif batik khas Lampung.
Motif ini dikenal dengan ornamen bunga kopi (ikon utama Lampung), dipadu ragam hias lokal seperti siger, perahu, dan fauna. Sejak itu, batik Sebage mulai populer sebagai identitas visual daerah dan menjadi bagian dari produk ekonomi kreatif.
Variasi Penulisan: Sebage, Sembagi, Sembage
Dalam perjalanan sejarah, istilah ini juga mengalami perbedaan ejaan:
Sebage → digunakan dalam naskah dan penelitian tekstil.
Sembagi/Sembage → banyak dipakai dalam promosi batik modern, dokumen pemerintah, dan media.
Meski berbeda ejaan, semua istilah tersebut merujuk pada akar budaya yang sama.
Sebage sebagai Fungsi Busana
Dalam praktik adat, istilah sebage juga dipahami secara fungsional. Bagi banyak keluarga Lampung, sebage berarti kain yang digunakan sebagai lilitan, ikat, atau selendang, terutama untuk perempuan yang mengenakan busana adat.
Karena makna ini lebih menekankan fungsi pemakaian ketimbang motif kain, maka jenis kain yang digunakan bisa beragam. Tidak selalu batik Sebage khas Lampung, tetapi kain apa pun yang dipilih untuk melengkapi busana adat dapat disebut sebagai sebage.
Sumber lisan menuturkan: “Zaman orang tua dulu, kalau ada kain panjang dipakai untuk melilit kepala atau bahu, mereka sudah menyebut itu sebage. Jadi tidak terbatas pada satu jenis motif.”
Melihat Sebage secara Menyeluruh
Agar tidak rancu, sebage sebaiknya dipahami dalam tiga ranah berbeda:
Sebage Adat → kain tradisional Lampung (Sebage Balak & Lunik).
Sebage Modern → motif batik khas Lampung yang dikembangkan sejak 1999.
Sebage Fungsional → kain (apa pun motifnya) yang dipakai untuk lilitan, selendang, atau pelengkap busana adat.
Dengan kerangka ini, perbedaan pemahaman dapat diterima sebagai bagian dari kekayaan tradisi.
FAQ: Pertanyaan Seputar Sebage
1. Apakah sebage hanya ada dalam bentuk batik Lampung?
Tidak. Sebage awalnya adalah kain adat, dan kini juga berkembang sebagai motif batik khas Lampung.
2. Apakah setiap kain panjang bisa disebut sebage?
Jika digunakan sebagai lilitan atau selendang dalam busana adat, masyarakat adat sering menyebutnya sebage—terlepas dari motif asal kainnya.
3. Sejak kapan batik Sebage populer di Lampung?
Motif batik Sebage mulai dipopulerkan kembali pada tahun 1999 melalui program pemerintah daerah dan Dekranasda.
4. Mengapa ada perbedaan ejaan Sebage/Sembagi/Sembage?
Itu muncul dari perbedaan transliterasi dan konteks: akademik, pemerintahan, maupun promosi budaya.
Penutup
Sebage adalah cermin dinamika budaya Lampung: ia hadir sebagai kain adat warisan leluhur, berkembang menjadi motif batik khas, dan tetap hidup dalam praktik sehari-hari sebagai fungsi busana.
Daripada diperdebatkan, perbedaan tafsir sebaiknya dipandang sebagai kekayaan: bukti bahwa budaya Lampung lentur, mampu menjaga warisan leluhur sekaligus beradaptasi dengan zaman modern.
Rujukan
Paraswati, Era. Kajian Tekstil Lampung – ISI Yogyakarta.
Antara News: “Motif Sembagi, Identitas Batik Lampung”.
Kemenperin Smart Sentra: Sentra Batik Lampung.
Biro Adpim/Dekranasda Lampung – program promosi motif Sebage/Sembagi.
Lappung.com: “Kain Sebage, Batik Pertama Masyarakat Lampung”.
Catatan lisan: wawancara dan ingatan kolektif tetua adat serta orang tua Lampung mengenai fungsi sebage dalam kehidupan sehari-hari.