Cik Din Syahri Singa Melintang: Maestro Gitar Klasik Lampung yang Membawa Nada Tradisi ke Hati Generasi
CULTURETOKOH


Cikdin Syahri SM, Sumber Gambar: Tangkapan Layar YouTube Cikdin Syahri
Dalam lanskap budaya Lampung, satu sosok menonjol bukan sekadar lewat petikan gitarnya, tetapi lewat semua nada yang sarat makna: Cik Din Syahri Singa Melintang. Beliau adalah maestro gitar klasik Lampung — pengabdi sejati yang melantun di hati masyarakat melalui karya dan dedikasinya dalam melestarikan musik tradisional.
Kiprah & Warisan Seni
Lahir dan besar di Tulangbawang, Cik Din Syahri telah menciptakan ratusan lagu khas Lampung yang pernah dihadirkan di televisi dan album rekaman daerah. Era 1980-an jadi masa puncak popularitasnya—wajah dan musiknya kerap muncul di layar TV menjelang berbuka puasa . Dari “Dang Mewang” hingga “Gabat-Gibut”, karyanya menyentuh perasaan, menyuarakan kritik sosial, sambil tetap mengakar kuat pada tradisi
Dedikasi dan Perjuangan
Sebagai seniman lintas generasi, Cik Din dikenal gigih berkarya meskipun dukungan formal terbatas. Di tengah keterbatasan itu, Cik Din tetap menjembatani identitas budaya Lampung, tampil di pentas besar, dan menjadi semacam “public relation” seni budaya lokal
Gaya Musik dan Identitas Budaya
Kajian akademis menyebutkan bahwa Cik Din adalah figur penting dalam gaya Gitar Klasik Lampung Pepadun—dengan teknik petikan yang khas, laras (steman) tradisional, dan kostum adat yang kuat secara visual dan simbolis. Album-album seperti Puter Keliling dan Dang Mewang turut memperkukuh jejaknya dalam arsip musik daerah
Wafat dan Warisan Abadi
Pada Sabtu sore, 9 Mei 2020, Cik Din Syahri menghembuskan nafas terakhir di Bandar Lampung . Wafatnya meninggalkan duka sekaligus memicu ingatan mendalam terhadap karya dan perjuangannya. Kini, lagu-lagunya tetap hidup melalui media—YouTube, VCD, playlist WhatsApp—menjadi semacam warisan abadi yang terus bergema di ruang budaya Lampung
Penutup
Cik Din Syahri Singa Melintang adalah lebih dari sekadar seniman—beliau adalah penjaga tradisi, guru bagi identitas musik Lampung, dan inspirator bagi generasi. Keberadaannya menjadi penyambung rasa dan nada nenek moyang Lampung, yang kini diwariskan dalam putaran petikan gitar dan harmoni nostalgia.
Semoga kisah beliau terus menyala—menginspirasi, mengajak masyarakat mencintai, dan merawat akar budaya Lampung.
Daftar Pustaka / Sumber
Teraslampung. (2020, 9 Mei). Seniman Gitar Tunggal Lampung Cik Din Syahri Singa Melintang Wafat. Diakses dari: https://www.teraslampung.com/seniman-gitar-tunggal-lampung-cik-din-syahri-singa-melintang-wafat/
Detik Lampung. (2020, 9 Mei). Selamat Jalan Cik Din Sahri Singa Melintang, Karyamu Tetap Abadi. Diakses dari: https://detiklampung.com/read/12854/selamat-jalan-cik-din-sahri-singa-melintang-karyamu-tetap-abadi
ResearchGate. (2021). Kesenian Gitar Klasik Lampung Tulangbawang dalam Kajian Semantik dan Musikologi. Diakses dari: https://www.researchgate.net/publication/355045854_Kesenian_Gitar_Klasik_Lampung_Tulangbawang_dalam_Kajian_Semantik_dan_Musikologi